Kabur Biar Enggak Diajak Makan-makan ma Tetangga
Kinza di Rumah Mbah |
Setiap hari, sebenarnya ada aja hal-hal yang kepengen saya tulis, untuk dikenang di masa-masa yang akan datang. Yang semoga saja, selain bermanfaat buat diri sendiri, bisa juga bermanfaat untuk orang lain.
Saya emang udah terbiasa begadang walaupun sebenarnya enggak pengen begadang karena terasa kurang produktif. Mengingat tenaga yang sudah jauh berkurang setelah dipakai seharian.
Selain enggak produktif dan otak enggak maksimal, begadang juga bikin bangun subuh jadi susah. Walaupun bisa bangun, tapi kalo dengan mata yang berat, rasanya tetap enggak enak banget.
Saya baru aja selesai nulis beberapa artikel "utang" yang sempat tertunda 2 hari belakangan ini. Alasan kenapa artikel ini baru saya tulis adalah karena beberapa hari yang lalu saya dan keluarga terpaksa kabur dari rumah, karena melihat ada gelagat kalau bakal diundang makan-makan oleh tetangga.
Kamu pasti bertanya-tanya, “mau diundang makan makan, kok malah kabur?” Apalagi saya ini kan orangnya doyan banget kalo namanya makan. Sampai terpaksa harus nerapin metode diet ketat.
Yang jelas, kaburnya saya, enggak ada hubungannya sama diet. Sebelum saya bocorin kenapa saya kabur, saya pengen cerita sedikit soal kesibukan saya sehari-hari.
Saya, blogger lumutan yang lamaan vakumnya dibandingkan dengan ngeblognya, belakangan ini memutuskan buat alih profesi dari grafik desainer terjadi penulis konten (liat: www[dot]jualbeliartikel[dot]com). Hasilnya memang enggak seberapa, tapi lumayanlah. Paling enggak cukup buat ngidupin keluarga. Tau sendirilah, sekuat-kuatnya kita nulis, seharian paling dapat berapa...
Minggu-minggu ini kebetulan ada beberapa client yang sering saya sebut "teman," mesen beberapa artikel. walaupun sebenarnya enggak buru-buru amat, tapi selalu berusaha saya kerjakan secepat mungkin. Tentunya, tanpa berusaha mengurangi kualitas. #PromosiNiYee
Disaat lagi semangat-semangatnya nulis, tiba-tiba istri ngajak kabur karena tetangga sedang nangkepin dan memotong ayam, plus beli lele asap. hmmm... yummy!
Terus kenapa musti kabur? Itu dia masalahnya gas...
Sebenarnya ayam yang dipotong adalah ayam yang enggak jelas siapa pemiliknya. Emang sih, ayam-ayam ini rata-rata mainnya di sekitar kompleks dan kayaknya enggak pernah balik ke rumah pemiliknya. Kalau tidur, yang jelas enggak ikut tidur di kasur ma tetangga. hehehe... Tidurnya di pohon-pohon mangga di sekitar rumah tetangga. Kalau cari makan juga paling makannya ya... Di situ-situ aja. Enggak pernah sampe pergi makan ke restoran, apalagi sampe mesen delivery McD, e'emm... #EnggakLucu
Jadi, kita sebut aja ini "ayam enggak jelas." tapi bukan "ayam kampus!" (yang suka tidur di sembarang tempat) yang walaupun sama-sama enggak jelas.
Idealisme
Belakangan, saya emang lagi sok-sokan berprinsip dan mencoba, berusaha mencegah supaya makanan yang kami masukkan ke dalam perut adalah, makanan-makanan yang baik serta didapat dari cara-cara yang juga baik.
Tanpa mengurangi rasa hormat terhadap tetangga, pengalaman ini pernah kami alami sebelumnya, tapi waktu itu kondisinya kami enggak tahu. Taunya pas udah selesai makan di keesokan harinya. Saya berharap "nggak ada hukuman bagi yang tidak tahu" berlaku buat saya.
Berbekal dari pengalaman itu, dan karena biasanya tetangga selalu ngundang kalau ada makan-makan setelah magrib, akhirnya kami mutusin buat pergi setelah zuhur.
Kami putusin buat nginep di rumah orangtua untuk satu malam. Itung-itung sambil silaturahmi, biar anak juga bisa main sama kakek-nenek, plus bibiknya yang libur (sekolah) dan kebetulan punya usia enggak jauh berbeda.
Kinza dan Bibik Hasna |
“Prinsip” itu jugalah yang memaksa saya alih profesi dari graphic designer jadi blogger.
Bukan profesi grafik desainer-nya yang jadi masalah, tapi yang menjadi masalah adalah sistem operasi dan software yang saya gunakan. Sejak kuliah saya sudah terbiasa menggunakan sistem operasi dan software berbayar versi bajakan seperti Windows OS, Adobe Photoshop, Illustrator, CorelDRAW, 3D Max, Adobe After Effect, Fruity Loops, dan lain-lain.
Berbagi software di atas saya andalkan saat kuliah dan bekerja dulu. Tapi sekarang saya tinggalkan karena saya enggak mampu beli sistem operasi hingga software-software itu. Karena saya percaya, kalau kita mencari dan dapatin uang serta makan dengan menggunakan sistem operasi hingga software bajakan, maka itu bukanlah cara dan makanan yang baik untuk dimasukkan ke perut.
Karena, seperti kita yang enggak pengen tulisannya dicopas dan enggak pengen webnya dibajak, perusahaan-perusahaan pembuat sistem operasi maupun software tersebut juga pasti punya “perasaan kecewa” yang sama.
Oh ya, saya juga mutusin buat ninggalin dan hapusin semua file MP3, ebook, dan film yang dulu pernah saya koleksi, dari hasil download selama bertahun-tahun.
Apakah saya berhenti dengar musik?
Enggak juga sih. Saya masih tetap dengar musik. Tapi, sekarang saya dengar musik melalui media online. Saya rela berkorban dengan masang Indihome yang koneksinya lumayan ngebut biar bisa lancar streaming, asalkan saya bisa dengar musik yang legal.
Ini 2 web yang nyediain music streaming legal dan gratis andalan saya:
Sedangkan untuk versi video, saya masih ngandelin YouTube. Tapi saya juga selektif dalam memilih yang akan saya tonton. Saya hanya memilih dari yang resmi seperti Vevo, dkk. Karena saya tahu, beberapa video yang di-upload ke Youtube juga adalah hasil bajakan dan di-upload oleh orang yang melanggar copyright.
Apakah saya jadi tersiksa?
Sebenarnya enggak juga sih. Justru dengan kayak gini, saya merasa jadi manusia yang lebih berarti dan lebih manusiawi.
Content writer
Menjadi content writer adalah pilihan terakhir yang saya ambil setelah mencoba bekerja di beberapa tempat, yang akhirnya juga saya tinggalkan karena kurang sreg. Mengingat hasil pekerjaan tersebut juga tidak sesuai dengan idealisme.
Finally saya memilih Linux sebagai sistem operasi di laptop. Saya sendiri jatuh cinta pada Elementary OS setelah berkali-kali bereksperimen dan mencoba beberapa OS berbasis Debian lainnya seperti Ubuntu, Linux Mint, Lubuntu, Ubuntu Studio, termasuk Bodhi Linux, Puppy Linux, Fedora, dan PcLinuxOS.
Untuk browser, saya pakai Opera sebagai main browser. Mungkin suatu saat saya akan cerita kenapa saya lebih mengandalkan Opera dibandingkan dengan Firefox, Google Chrome, atau yang lainnya.
Tapi jangan salah, saya sebenarnya juga punya browser lain. Bahkan saya menggunakan 3 Opera, yaitu versi Stable, Beta, dan Developer. Untuk Chrome saya pakai Google Chrome dan Chromium Web Browser. Plus, saya juga kadang-kadang memakai Firefox.
Sedangkan untuk ngetik, saya lebih suka menggunakan WPS Writer dibandingkan dengan menggunakan writer processor kebanggaan Linux seperti Libreoffice Writer atau Open Office. Yang jelas! Microsoft Word enggak dapet tempat kecuali di smartphone karena harganya yang terlalu mahal.
Saya berharap, akan semakin banyak orang-orang yang menyadari bahwa menggunakan software bajakan, mendengar musik bajakan, atau apapun itu, yang bukan miliknya. Enggak akan pernah mampu menghadirkan kebahagiaan yang kakiki sekalipun ada banyak kesenangan yang bisa kita dapatkan dari software, film, ataupun musik tersebut.
Walah ternyata kaburnya begitu, kirain beneran lagi diet itu hehehe
BalasHapusBismillaah...ajarin dong bang untuk menjauhkan diri dari yg bajakan(haram) soalnya ana masih kelas 3 smk, trus pengalaman tentang dunia komputer juga masih dangkal, dan Alhamdulillah sy sadar klw sy masih memakai yg bajakan (aoftware, os, dll) pasti pertanggung jawabannnya berat di kehidupan setelah kematian(akhirat) :(
BalasHapus