Tertarik Menggunakan dan Install Linux? Pertimbangkan Ini!
Hanya sedikit orang yang mau melirik Linux sebagai sistem operasi utama di laptop atau PC mereka. Apa pasal? Tampilan (UI) Linux kadang bikin bingung. Udah gitu, cara install software Linux juga sering ribet meskipun saat ini sudah banyak Distro yang mulai menawarkan AppCenter untuk memudahkan user dalam menginstal berbagai software atau aplikasi yang ingin mereka gunakan. Selain itu, rilis terbaru Linux sering membawa (bonus) beberapa bugs (kekurangan) yang kadangkala membuat kita sebagai end-user merasa frustrasi. Entah itu Wi-Fi yang tidak muncul, Bluetooth yang tidak mau connect, dim layar yang tidak bisa nggak mau diatur, serta berbagai masalah lainnya.
Meski demikian, perkembangan Linux saat ini sudah cukup memuaskan dan patut diacungi jempol. Sebagai salah seorang pengguna Linux yang sudah menggunakan sistem operasi gratisan ini beberapa tahun, saya merasa ada banyak kekurangan pada OS open source ini yang perlu dibenahi, meskipun saya sebenarnya tidak pantas untuk mengeluhkan hal tersebut. Tidak hanya karena saya sudah dapat gratisan dan seperti tak tahu terima kasih, tapi memang berbagai masalah pada sistem operasi Linux saat ini sudah jauh berkurang dibandingkan dengan beberapa tahun yang lalu.
Sebagai seseorang yang pernah bermigrasi dari Windows ke Linux, saya punya sedikit pengalaman, atau lebih tepatnya keluhan-keluhan yang saya anggap sebagai kekurangan ketika awal-awal install Linux dulu. Nah, pada artikel kali ini saya akan mencoba memaparkan apa saja yang menjadi keluhan saya ketika pindah dulu--dari sistem operasi Windows ke Linux pada tahun 2014.
Untuk software Photoshop, di Linux ada Gimp, 3D Max bisa diganti dengan Blender, begitu juga dengan Microsoft Office yang dapat diganti dengan Libreoffice hingga WPS Office.
Tapi setelah mencoba, software GIMP misalnya, selain shortcut-nya tidak sama, kemampuan, user interface, menu, hingga nama tools yang tersedia sangat jauh berbeda. Saya yang sudah terbiasa menggunakan Photoshop, Adobe Flash, Illustrator, 3D Max, hingga After Effect di Windows dulu, merasa sangat kesulitan ketika harus menyesuaikan diri dengan software-software baru di Linux.
Praktis, saat ini yang paling saya andalkan di Linux adalah Inkscape untuk membuat dan mengedit grafis sederhana, Openshot untuk video editing, serta WPS Writter atau Google Doc untuk ngetik. Selebihnya, beberapa kali saya mencoba mempelajari Gimp, Blender, dan sejumlah software lainnya, namun sangat sayang, sulit untuk mendapat feel seperti yang saya harapkan.
Begitu juga saat menggunakan WPS Office atau Libre Office, meskipun kemampuan kedua software ini cukup mengagumkan, namun tetap saja masih punya banyak kekurangan jika dibandingkan dengan Microsoft Office yang emang udah berada di level yang sangat tinggi.
Sehingga, tak jarang pekerjaan yang dulunya dapat dibuka tanpa masalah di MS Office, saat dibuka di WPS Office atau Libre Office justru jadi berantakan. Entah itu formatnya, atau mungkin WPS Office atau Libre Office tidak secara default menyertakan fitur tertentu--seperti fitur macro di Excel misalnya.
Akan tetapi, tentu banyak pengguna di luar sana yang berharap bisa menginstal software Windows di Linux untuk beberapa alasan. Baik itu software bajakan ataupun yang benar-benar mereka beli (genuine).
Sayangnya, sekalipun ada Wine yang dapat digunakan untuk menginstal beberapa software Windows, namun tidak semuanya bisa berjalan dengan lancar. Bahkan banyak juga yang justru tidak bisa diinstal sama sekali.
Parahnya lagi, tidak banyak game bagus di AppCenter yang bisa saya temukan dan mainkan. Praktis, jika ingin memainkan game bagus saya terpaksa harus menggunakan Steam.
Lagi-lagi, tidak hanya akan melalui proses yang ribet, memainkan game di Steam juga mengharuskan kita untuk punya kartu kredit agar bisa beli game meski tersedia beberapa game gratisan seperti Dota 2 atau yang lainnya. Karena itulah, sementara ini saya menyerah dan beralih ke Android jika ingin bermain game.
Tapi itu dulu, sejak menikah dan saat akan punya anak, saya mulai berpikir dan mempertimbangkan uang (hasil) yang saya peroleh dari pekerjaan menggunakan sistem operasi atau software bajakan. Saya merasa berdosa apabila memberikan anak istri makan dari hasil bekerja menggunakan OS atau software bajakan.
Karena itulah, saya mencoba mencari cara atau pekerjaan yang bisa saya geluti dan menghasilkan uang tanpa harus melibatkan software yang saya kuasai dulu yang hingga kini belum mampu saya beli. Karena itulah, saya mempertimbangkan Linux.
Motivasi tersebut yang membuat saya untuk belajar lagi bagaimana cara Install Linux untuk me-replace Windows. Dan kebetulan, karena saya sudah mulai ngeblog sejak masih kuliah (2008/2009), serta kebetulan istri juga adalah seorang blogger yang tahu cara mendulang uang dari hobinya tersebut, akhirnya kami memutuskan untuk menjadi full time blogger dan content writer di www.jualbeliartikel.com yang sayangnya hingga saat ini masih sering ditelantarkan.
Menurut saya, pekerjaan ini tidak membutuhkan banyak software. Berbekal Linux, browser, koneksi internet, serta Google Docs atau WPS Office, kami bisa menghasilkan uang meskipun tidak banyak.
Karena itulah, proses perpindahan saya dari Windows ke Linux tidak terlalu banyak kendala dan tidak terlalu berat. Disamping itu, saya merasa motivasi untuk menghasilkan rezeki yang halal dan baik adalah alasan mengapa saya begitu getol menggunakan Linux dan mempromosikannya kepada istri, saudara, serta teman-teman di luar sana yang sedang membaca artikel ini.
Tapi, kalau kamu benar-benar berniat untuk meninggalkan semua hal-hal yang berbau bajakan, mulai dari OS Windows, software-software-nya, serta rela enggak lagi main PES/FIFA, Counter Strike, Minecraft, Need For Speed, Fall Out, GTA, hingga Dota. Kamu bisa langsung menginstal dan mencoba berbagai distro yang tersedia.
Buat kamu yang berniat setengah-setengah, kamu tetap saya sarankan untuk menggunakan dual boot, triple boot, quad boot, ataupun beberapa sistem operasi yang ingin kamu coba. Mulai dari (Distro) Linux, Phoenix OS/Remix OS yang berbasis Android, Android x86, ataupun Chrome OS. Dan seperti biasa, kalau kamu punya pertanyaan atau punya saran, jangan ragu untuk meninggalkan komentar di bawah.
NB. Sebelum benar-benar memutuskan untuk pindah menggunakan Linux, saran saya, cobalah untuk menggunakannya terlebih dahulu secara terus-menerus setiap hari selama kurang lebih 3 bulan. Jika tidak ada kendala, lanjutkan menggunakan Linux selama 6 bulan. Jika sudah benar-benar mantap dan tidak ada lagi hal yang perlu dikhawatirkan, itu adalah saat yang tepat untuk benar-benar meninggalkan Windows dan berbagai software bajakan-nya jika kebetulan kamu menggunakan versi bajakan.
Good Luck (udah kek lembar soal ujian aja...)
Meski demikian, perkembangan Linux saat ini sudah cukup memuaskan dan patut diacungi jempol. Sebagai salah seorang pengguna Linux yang sudah menggunakan sistem operasi gratisan ini beberapa tahun, saya merasa ada banyak kekurangan pada OS open source ini yang perlu dibenahi, meskipun saya sebenarnya tidak pantas untuk mengeluhkan hal tersebut. Tidak hanya karena saya sudah dapat gratisan dan seperti tak tahu terima kasih, tapi memang berbagai masalah pada sistem operasi Linux saat ini sudah jauh berkurang dibandingkan dengan beberapa tahun yang lalu.
1. Software pengganti tidak selalu tersedia di Linux
Meskipun hampir semua software dasar atau yang umum kita gunakan di Windows ada di Linux, namun sayangnya tidak semua benar-benar tersedia. Contoh, kalau kamu terbiasa membuat animasi video menggunakan After Effect di Windows atau Mac, di Linux akan sulit buat kamu menemukan software yang serupa. Apalagi kalo kamu berharap software dengan tampilan yang sama persis.2. Jarang ada aplikasi di Linux yang level-nya menyamai software Windows atau Mac-OS
Ada beberapa software yang tampaknya menjadi software wajib di setiap pengguna Windows (asli maupun bajakan). Mulai dari Adobe Photoshop, Fl Studio, CakeWalk, Corel Draw, After Effect, 3D Max, AutoCAD, hingga Microsoft Office. Meskipun berbagi software tersebut bisa kita temukan padanannya di Linux, namun sejauh pengalaman saya, hampir tidak ada satupun software Linux yang mampu mendekati--apalagi sampai menyamai level dari software-software yang saya sebutkan tadi.Untuk software Photoshop, di Linux ada Gimp, 3D Max bisa diganti dengan Blender, begitu juga dengan Microsoft Office yang dapat diganti dengan Libreoffice hingga WPS Office.
Tapi setelah mencoba, software GIMP misalnya, selain shortcut-nya tidak sama, kemampuan, user interface, menu, hingga nama tools yang tersedia sangat jauh berbeda. Saya yang sudah terbiasa menggunakan Photoshop, Adobe Flash, Illustrator, 3D Max, hingga After Effect di Windows dulu, merasa sangat kesulitan ketika harus menyesuaikan diri dengan software-software baru di Linux.
Praktis, saat ini yang paling saya andalkan di Linux adalah Inkscape untuk membuat dan mengedit grafis sederhana, Openshot untuk video editing, serta WPS Writter atau Google Doc untuk ngetik. Selebihnya, beberapa kali saya mencoba mempelajari Gimp, Blender, dan sejumlah software lainnya, namun sangat sayang, sulit untuk mendapat feel seperti yang saya harapkan.
Begitu juga saat menggunakan WPS Office atau Libre Office, meskipun kemampuan kedua software ini cukup mengagumkan, namun tetap saja masih punya banyak kekurangan jika dibandingkan dengan Microsoft Office yang emang udah berada di level yang sangat tinggi.
Sehingga, tak jarang pekerjaan yang dulunya dapat dibuka tanpa masalah di MS Office, saat dibuka di WPS Office atau Libre Office justru jadi berantakan. Entah itu formatnya, atau mungkin WPS Office atau Libre Office tidak secara default menyertakan fitur tertentu--seperti fitur macro di Excel misalnya.
3. Sulit untuk menginstal software Windows di Linux
Salah satu tujuan saya bermigrasi dari Windows ke Linux adalah untuk meninggalkan sistem operasi dan software bajakan. Sehingga, opsi untuk menginstall software Windows di Linux tidak lagi ada dalam kamus saya.Akan tetapi, tentu banyak pengguna di luar sana yang berharap bisa menginstal software Windows di Linux untuk beberapa alasan. Baik itu software bajakan ataupun yang benar-benar mereka beli (genuine).
Sayangnya, sekalipun ada Wine yang dapat digunakan untuk menginstal beberapa software Windows, namun tidak semuanya bisa berjalan dengan lancar. Bahkan banyak juga yang justru tidak bisa diinstal sama sekali.
4. Tidak banyak game bagus di Linux
Sejak jadi mahasiswa dulu, hingga saat ini menjadi seorang ayah dari 2 orang putra, saya tetap punya banyak game favorit yang ingin saya mainkan. Tapi, seperti yang telah saya sampaikan di atas, tidak semua software apalagi game yang ada di Windows--bisa di install di Linux menggunakan software Wine.Parahnya lagi, tidak banyak game bagus di AppCenter yang bisa saya temukan dan mainkan. Praktis, jika ingin memainkan game bagus saya terpaksa harus menggunakan Steam.
Lagi-lagi, tidak hanya akan melalui proses yang ribet, memainkan game di Steam juga mengharuskan kita untuk punya kartu kredit agar bisa beli game meski tersedia beberapa game gratisan seperti Dota 2 atau yang lainnya. Karena itulah, sementara ini saya menyerah dan beralih ke Android jika ingin bermain game.
Apa Motivasimu Menggunakan Linux?
Dulu, sejak duduk di bangku kuliah hingga awal-awal menikah, saya adalah pengguna setia Windows dan software bajakan. Bahkan ketika teman-teman mengajak untuk menggunakan Linux, saya hanya membalas tawaran mereka dengan sunggingan senyuman manis di bibir. Bahkan tak jarang, saya merasa bangga jika bisa berbagi file MP3, film, OS atau software (bajakan), hingga crack game.Tapi itu dulu, sejak menikah dan saat akan punya anak, saya mulai berpikir dan mempertimbangkan uang (hasil) yang saya peroleh dari pekerjaan menggunakan sistem operasi atau software bajakan. Saya merasa berdosa apabila memberikan anak istri makan dari hasil bekerja menggunakan OS atau software bajakan.
Karena itulah, saya mencoba mencari cara atau pekerjaan yang bisa saya geluti dan menghasilkan uang tanpa harus melibatkan software yang saya kuasai dulu yang hingga kini belum mampu saya beli. Karena itulah, saya mempertimbangkan Linux.
Motivasi tersebut yang membuat saya untuk belajar lagi bagaimana cara Install Linux untuk me-replace Windows. Dan kebetulan, karena saya sudah mulai ngeblog sejak masih kuliah (2008/2009), serta kebetulan istri juga adalah seorang blogger yang tahu cara mendulang uang dari hobinya tersebut, akhirnya kami memutuskan untuk menjadi full time blogger dan content writer di www.jualbeliartikel.com yang sayangnya hingga saat ini masih sering ditelantarkan.
Menurut saya, pekerjaan ini tidak membutuhkan banyak software. Berbekal Linux, browser, koneksi internet, serta Google Docs atau WPS Office, kami bisa menghasilkan uang meskipun tidak banyak.
Karena itulah, proses perpindahan saya dari Windows ke Linux tidak terlalu banyak kendala dan tidak terlalu berat. Disamping itu, saya merasa motivasi untuk menghasilkan rezeki yang halal dan baik adalah alasan mengapa saya begitu getol menggunakan Linux dan mempromosikannya kepada istri, saudara, serta teman-teman di luar sana yang sedang membaca artikel ini.
Kesimpulan Sebelum Install Linux untuk Mengganti Windows
Kalau kamu bekerja dengan menggunakan software khusus yang hanya terdapat di Windows atau tidak dibuat untuk umum, kamu saya sarankan untuk tetap install Linux di samping Windows (dual boot). Dengan metode dual boot, kamu masih tetap bisa menggunakan Windows sambil mempelajari Linux.Tapi, kalau kamu benar-benar berniat untuk meninggalkan semua hal-hal yang berbau bajakan, mulai dari OS Windows, software-software-nya, serta rela enggak lagi main PES/FIFA, Counter Strike, Minecraft, Need For Speed, Fall Out, GTA, hingga Dota. Kamu bisa langsung menginstal dan mencoba berbagai distro yang tersedia.
Buat kamu yang berniat setengah-setengah, kamu tetap saya sarankan untuk menggunakan dual boot, triple boot, quad boot, ataupun beberapa sistem operasi yang ingin kamu coba. Mulai dari (Distro) Linux, Phoenix OS/Remix OS yang berbasis Android, Android x86, ataupun Chrome OS. Dan seperti biasa, kalau kamu punya pertanyaan atau punya saran, jangan ragu untuk meninggalkan komentar di bawah.
NB. Sebelum benar-benar memutuskan untuk pindah menggunakan Linux, saran saya, cobalah untuk menggunakannya terlebih dahulu secara terus-menerus setiap hari selama kurang lebih 3 bulan. Jika tidak ada kendala, lanjutkan menggunakan Linux selama 6 bulan. Jika sudah benar-benar mantap dan tidak ada lagi hal yang perlu dikhawatirkan, itu adalah saat yang tepat untuk benar-benar meninggalkan Windows dan berbagai software bajakan-nya jika kebetulan kamu menggunakan versi bajakan.
Good Luck (udah kek lembar soal ujian aja...)
Assalammualaikum
BalasHapusSaya terinsparasi dengan blog mas ini. Dari dulu saya memang berniat untuk pindah ke linux. Sekarang di laptop saya sudah terinstall elementary os terbaru.
Saya ada pertanyaan mas, bagaimana cara install driver vga amd laptop saya disini? Lalu bagaimana cara melihat kapasitas vga yang sudah terinstall? Terus soal wps, symbol sudah terinstall, namun opsi font spt times new roman, arial, dll, belum muncul. Caranya bagaimana ya mas?
Saya masih sangat awam di linux hehe
Terima kasih atas jawabannya
Asyik... Selamat ya mas. Semoga istiqomah dengan OS-barunya.
HapusTutorial cara install Microsoft Font dan custom font di ElementaryOS atau varian Ubuntu bisa di baca disini
Mas, cara menambahkan font times new roman, arial dll, bagaimana? Lalu bagaimana cara menginstall driver vga amd di elementary os?
BalasHapusTerima kasih
Cara menambahkan font bisa dilihat di artikel "Cara Install WPS Office di Linux Ubuntu dan Turunannya"
HapusSedangkan untuk cara menginstall Driver VGA AMD akan segera menyusul, sabar ya.
Terimakasih sudah berkunjung
buka website ku jika ingin mengetahui ubuntu
BalasHapushttps://www*oprekubuntu*me
ganti * menjadi .
terima kasih
di linux sekarang bukannya sudah ada aplikasi STEAM ya untuk kebutuhan Games original ?
BalasHapusBetul. Sudah dibahas di atas. Steam sebagai opsi untuk bermain game di Linux
Hapussaya izin scremshoot yg disana ada ter cantum motivasi pindah linux untuk saya bagikan d sosmed agar kita semua sadar dosa
BalasHapus