Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kisah Paundra Noorbaskoro Raup Untung 50 Juta Per Bulan dari Budidaya Udang Berbasis IoT

Udang merupakan salah satu jenis hewan crustacea (bercangkang) paling terkenal karena banyak dikonsumsi di seluruh dunia karena rasanya yang lezat dan bergizi.

Beberapa manfaat udang bagi kesehatan diantaranya adalah: sebagai sumber protein yang baik untuk pertumbuhan dan perbaikan jaringan tubuh, kaya nutrisi atau vitamin dan mineral, kandungan antioksidannya bisa membantu meningkatkan sistem imunitas, dan udang juga kaya akan Asam Lemak Omega 3 sehingga dipercaya dapat membantu menjaga kesehatan jantung.

Habitat udang sendiri ada yang hidup di air tawar, air payau, dan ada juga yang hidup di air asin (laut).

Spesies udang air tawar maupun udang laut mencapai ribuan jumlahnya. Namun, hanya ada beberapa saja yang paling populer. Seperti udang windu dan udang vaname.

Popularitas udang windu dan vaname selain berasal dari rasanya yang enak, juga karena udang jenis ini dianggap mudah dibudidayakan serta lebih kebal terhadap berbagai hama penyakit. 

Salah satu metode membudidayakan udang yang paling sering digunakan adalah dengan menggunakan keramba atau tambak.

Paundra Noorbaskoro adalah salah seorang pembudidaya udang vaname asal Pacitan yang menggunakan tambak (kolam).

Namun tidak seperti tambak konvensional, Paundra Noorbaskoro mengelola tambak-tambak udangnya dengan menggunakan teknologi modern berbasis IoT.

Paundra Noorbaskoro Sukses Membudidayakan Udang Vaname dengan Tambak Berbasis IoT

IoT adalah singkatan dari Internet of Things, sebuah konsep teknologi yang dapat menghubungkan berbagai perangkat fisik seperti sensor atau berbagai barang elektronik dengan internet.

Hal tersebut memungkinkan kita untuk mengendalikan berbagai perangkat tersebut dari jarak jauh dan sekaligus mengumpulkan data.

Dengan menggunakan teknologi IoT, Paundra Noorbaskoro bisa meningkatkan efisiensi pengelolaan udang dan lebih mudah mengumpulkan data-data yang dibutuhkan guna menjaga kesehatan serta perkembangan udang.

Awal mula Paundra Noorbaskoro mengadopsi teknologi IoT untuk membudidayakan udang dimulai sejak tahun 2018.



Saat itu, ia bertekad untuk membuat terobosan budidaya udang menggunakan teknologi berbasis aplikasi yang bertujuan untuk mengurangi biaya operasional sekaligus meningkatkan keuntungan hasil panen.

Pada percobaan pertama di rentang waktu antara 2018 hingga 2020, usaha budidaya udang vaname di tambak berbasis aplikasi yang ia jalankan bersama beberapa temannya tidak sesuai dengan harapan.

Bukannya sukses dan meraup keuntungan, Paundra justru mengalami kerugian yang memaksanya untuk gulung tikar pada medio 2020.

Kegagalan adalah kesuksesan yang sedang berlangsung.” - Albert Einstein

Meski merasa terpukul akibat kegagalan tersebut, namun Paundra tak berputus asa. Justru dari kegagalan tersebut ia kemudian bertekad untuk mempelajari dan menganalisa apa saja yang membuatnya gagal hingga mengalami kerugian miliaran rupiah.

Setelah dianalisa, ternyata kegagalan tersebut disebabkan oleh banyak faktor. Mulai dari, teknologi yang ia terapkan kurang efektif, pemilihan bibit yang kurang baik, proses pemeliharaan yang kurang tepat, tidak tahu bagaimana caranya mengendalikan hama dan penyakit, tidak ada kontrol kondisi air tambak, dan lain sebagainya.

Paundra pun mencoba melakukan riset dan berlatih memilih bibit udang yang baik. Ia juga memberikan mempelajari bagaimana caranya mengendalikan kondisi air tambak, dan bagaimana caranya mengendalikan hama penyakit serta mencoba mencari treatment yang tepat untuk mengatasi penyakit udang, khususnya penyakit white feces, Early Mortality Syndrome dan hepatopankreas.

Dua tahun kemudian. Setelah mengetahui berbagai akar masalah yang menyebabkan ia gagal membudidayakan udang dan mendapatkan solusinya. Dengan menggunakan sisa uang yang ada (Rp 150.000.000), ia kembali mencoba budidaya udang vaname. Kali ini dengan menggunakan teknologi berbasis IoT.

Sukses Budidaya Udang Vaname Berbasis IoT

Setelah kegagalan membudidayakan udang vaname berbasis aplikasi pada percobaan pertama, dan setelah mempelajari apa saja yang menyebabkannya gagal, pada Tahun 2022, Paundra membuat kolam udang dengan kedalaman 120 cm.

ilustrasi tambak dari canva

Kali ini, air di dalam tambak dipersiapkan sebaik mungkin guna mendukung pertumbuhan udang secara maksimal dan untuk mencegah datangnya hama penyakit.

Dengan bantuan Internet of Things (IoT) Paundra mencoba mengontrol pH air agar selalu berada di atas 7, mengatur senyawa hidrogen sulfida H2S, oksigen terlarut (DO), tingkat kejernihan air, nitrat, dan lain sebagainya.

Tidak hanya mempersiapkan air yang ideal sebelum tambak diisi dengan benur (bibit udang), Paundra juga mengandalkan teknologi IoT untuk mengontrol kondisi air setiap hari agar kualitas air dapat terjaga.

Selain mengontrol air, faktor lain yang menurut Paundra sangat mempengaruhi kesehatan udang adalah pemberian pakan.

Menurut Paundra Noor Baskoro, pemberian pakan udang yang ya budidayakan dilakukan sebanyak 7 kali sehari dan berjarak setiap 2 jam sekali, dimulai dari pukul 7 pagi.

Setelah berusia 30 hari, i biasanya akan mengambil sampel udang untuk melihat perkembangannya dan sekaligus untuk memperkirakan kapan waktu yang tepat untuk panen.

Jika pertumbuhan udang normal, udang vaname hasil tambak berbasis IoT yang dijalankan oleh Paundra sudah bisa dipanen sebanyak 20% pada usia 60 hari dimana berat udang sudah mencapai 5.5 gram.

Panen kedua biasanya akan berlangsung pada saat udang berusia sekitar 65 hari. Sama seperti panen pertama, panen kedua ini juga akan menyisihkan 20% udang dari tambak.

Salah satu tujuan panen udang pertama dan kedua adalah untuk memberikan ruang agar udang bisa berkembang dengan baik. Barulah pada panen ketiga udang-udang tersebut akan dipanen keseluruhannya.

Setelah sukses melakukan percobaan di kolam kecil, Paundra kemudian menerapkan metode budidaya udang berbasis IoT tersebut dengan skala yang lebih masif.

Hasilnya, pada tahun pertama atau tepatnya pada tahun 2022, Paundra langsung bisa panen 1.7 s/d 2 ton udang dari 20 tambak yang ia kelola di atas lahan seluas 10.000 m2. Setiap bulan, panen udangnya bisa memberikan keuntungan bersih hingga Rp 50 juta.

Pengendalian Limbah dengan Sistem Smart Farm Village

Untuk meningkatkan produktivitas tambak udang, Paundra Noorbaskoro juga membuat sistem pengendalian limbah berbasis IoT yang mengadopsi sistem Smart Farm Village.

Sistem pengendalian limbah tambak udang terbukti bisa membuat hasil tambak/kolam lebih produktif dan membuat kontrol kondisi kolam jadi lebih mudah.

Tak hanya ia terapkan sendiri, sistem yang ia kembangkan ini juga ia share dengan para peternak udang yang ada di wilayah Pacitan dan berbagai wilayah lainnya di Jawa Timur.

Penutup

Kesuksesan Paundra Noorbaskoro dalam membudidayakan udang berbasis Internet of Things merupakan salah satu terobosan yang sangat dibutuhkan oleh para nelayan tambak udang di Indonesia.

Terobosan tersebut, kini sudah semakin banyak diadopsi oleh nelayan-nelayan tambak udang di Indonesia karena dampaknya yang dianggap sangat signifikan dalam membantu meningkatkan hasil panen.

Atas gagasan dan sumbangsihnya terhadap perkembangan budidaya udang dan perekonomian masyarakat, pada Tahun 2022 lalu, Paundra Noorbaskoro meraih anugerah bergengsi SATU Indonesia Awards di bidang teknologi.

Untuk bisa meraih penghargaan yang digagas oleh PT Astra International Tbk tersebut, Paundra Noorbaskoro tentu saja terlebih dahulu harus mendaftarkan dirinya di official website Astra yang beralamat di astra.co.id.

Jadi, kalau kamu memiliki kontribusi positif bagi kemajuan bangsa dan kemakmuran masyarakat di bidang teknologi, pendidikan, wiraswasta, kesehatan, ataupun lingkungan, segera daftarkan diri atau kelompokmu dengan mengunjungi website www.astra.co.id/satu-indonesia-awards/.

Joni Pranata
Joni Pranata Seorang Sarjana Sistem Informasi di STMIK Amikom Jogjakarta. Content Writer, Youtuber, Animator, dan Blogger--sejak 2009

Posting Komentar untuk "Kisah Paundra Noorbaskoro Raup Untung 50 Juta Per Bulan dari Budidaya Udang Berbasis IoT"