Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Trik Jitu Achmad Irfandi Menjauhkan Anak-anak dari Gadget

Dodi (nama samaran) merengek minta dibelikan hp kepada ibunya dengan alasan ‘teman-teman sebayanya semua punya hp.’

Ibunya yang merasa tak tega pun membelikan anaknya yang masih duduk di Sekolah Dasar tersebut sebuah hp yang lumayan bagus dan mahal mengikuti keinginan sang anak.

Setelah punya gadget, Dodi semakin jarang di rumah. Ia kerap terlihat sibuk main (game) bareng (mabar) bersama teman-temannya di pos ronda di ujung kompleks.

Pada awalnya, ibu merasa senang melihat anaknya kini tak lagi pergi bermain terlalu jauh, yang kerap membuatnya khawatir dan kesulitan mencari si anak.

Kini, ia lebih mudah mencari dan memanggil anaknya saat jam makan tiba. Atau, setiap kali ia membutuhkan bantuan.

Image source from Ig Kampung lali gadget

Hari berganti hari. Dodi semakin abai setiap dipanggil untuk pulang. Jangankan dipanggil untuk membantu ibu, saat dipanggil untuk makan dan mengerjakan PR sekolah pun ia tak menggubris.

Ibu yang dulunya merasa senang, kini berbalik menjadi pemarah. Setiap hari Dodi pun menerima omelan ibu yang memintanya untuk mengurangi kegiatan main gadget.

Namun omelan dari mulut sang ibu tak pernah ia hiraukan. Bagi Dodi, mabar bersama teman-temannya terlalu menyenangkan untuk dilewatkan.

Hingga suatu hari, ibu menyadari uangnya kerap raib dari dompet yang ia simpan di balik baju di dalam lemari.

Awalnya hanya 10 ribu, lalu 20 ribu, kemudian 50 ribu...

Kemana gerangan perginya uang itu? Tak mungkin ia lupa menaruh. Begitu pikir sang ibu.

Penasaran, ia pun mencoba mencoba menjebak sang pencuri. Naas, ternyata sang pencuri itu tidak lain adalah anaknya sendiri, si Dodi.

Seketika amarah ibu meledak. Dodi dimaki habis-habisan dan diinterogasi. Untuk apa gerangan uang yang diambil Dodi dari dompet ibu?

“Untuk beli voucher game bu” jawab Dodi polos saat ibu bertanya, untuk apa saja uang tersebut digunakan.

Tak tahan mendengar jawaban anaknya yang sudah berani mencuri uangnya. Ibu pun merampas hp dari tangan Dodi dan membantingnya sambil mengeluarkan sumpah serapah.

Cerita di atas bukan rekaan belaka. Karena benar-benar terjadi pada salah satu keluarga saya. Dan saya yakin, tak hanya keluarga saya tersebut saja yang pernah mengalami kejadian serupa.

Anak yang berani mencuri uang ibunya hanya demi voucher game tersebut, sebenarnya masih belum seberapa jika dibandingkan dengan sejumlah kejadian lain yang lebih mencengangkan.

Ya! karena...

Di Kompas.tv saya pernah membaca artikel tertanggal 13 September 2021 berjudul “Tak Dibelikan Handphone, Anak Tega Bunuh Ibu Kandung.”

Bahkan baru-baru ini (Sabtu, 15 Juli 2024), situs Detik.com mengangkat berita yang bikin kita mengelus dada. Betapa tidak, berita bertajuk “HP Disita Ortu gegara Kecanduan Game Online, Pelajar di Blitar Gantung Diri,” sungguh tak pernah terbayangkan di benak saya.

Dan, masih banyak berita-berita serupa yang menunjukkan betapa gadget bisa membuat orang jadi gelap mata.

Di satu sisi, gadget sudah menjadi kebutuhan primer anak-anak milenial. Tapi di sisi lain, banyak anak yang tak bisa memanfaatkannya dengan benar.

Lalu siapa yang harus disalahkan?

Tak perlu menyalahkan siapapun, karena ini adalah persoalan kita bersama. Anak-anak yang kecanduan gadget tetaplah aset masa depan bangsa ini.

Tapi bagaimana caranya mengatasi kecanduan gadget pada anak?

Salah satu cara yang bisa dicoba untuk mengurangi kecanduan gadget pada anak adalah dengan menerapkan trik jitu seperti yang telah dicontohkan oleh Achmad Irfandi melalui Kampung Lali Gadget (KLG).

Apa Itu Kampung Lali Gadget?

Image Source from IG Kampung Lali Gadget

Kampung Lali Gadget atau yang biasa disingkat KLG, merupakan inisiatif Achmad Irfandi untuk mengajak anak-anak di desanya mengenal permainan tradisional, sekaligus untuk mengurangi ketergantungan anak-anak terhadap gadget.

Konsep KLG adalah menciptakan ruang bagi anak-anak untuk bermain dan belajar melalui berbagai macam permainan tradisional seperti yang sering ia (Achmad Irfandi) mainkan pada masa-masa kecilnya dulu.

Di tempat ini, anak-anak akan diajak untuk melupakan gadget sejenak dan menikmati berbagai aktivitas fisik dan sejumlah aktivitas yang merangsang kreativitas.

Mulai dari permainan tradisional semisal petak umpet, benteng-bentengan, hingga permainan-permainan seru seperti bermain egrang dan dakon.

Tak hanya menawarkan permainan seru, KLG juga menawarkan aktivitas kreatif seperti membuat kerajinan tangan dari bahan-bahan alam berupa dedaunan, tanah liat, bambu, lidi, dan lain sebagainya.

Kemudian, anak-anak juga tak melulu berkutat di dalam ruangan. Mereka juga disediakan tempat bermain di alam bebas.

Mereka bisa bermain sepuasnya sambil berkebun, mencari ikan di sawah, bermain air, bermain pasir, dan masih banyak aktivitas outdoor lainnya yang menyenangkan dan seru serta bisa membuat anak-anak lupa sama sekali pada gadgetnya.

Tujuan Utama Didirikannya Kampung Lali Gadget

Ide menciptakan Kampung Lali Gadget ini tercetus saat Achmad Irfandi menyaksikan sendiri perubahan gaya hidup anak-anak di kampungnya yang semakin terpaku pada gadget.

Ia sering melihat anak-anak yang kerap menghabiskan waktu di warung kopi demi bisa menikmati wifi gratis.

Saking asyiknya, banyak anak-anak yang lupa pulang. Anak-anak tersebut bahkan tak mengenal berbagai permainan tradisional yang sering dimainkan oleh anak-anak jaman dulu.

Itulah yang menggugah Achmad Irfandi untuk menyediakan sebuah tempat yang bisa dimanfaatkan oleh anak-anak untuk mengenalkan berbagai permainan tradisional yang tak kalah menyenangkan daripada gadget.

Selain bertujuan untuk memberikan alternatif hiburan yang lebih sehat dan bermanfaat bagi anak-anak, Achmad Irfandi juga bermimpi untuk menjadikan KLG sebagai,

  • Media pelestarian permainan tradisional
  • Menjaga kelestarian budaya dan warisan leluhur
  • Membantu mengembangkan keterampilan sosial maupun fisik dan emosional anak
  • Meningkatkan perkembangan anak secara holistik
  • Membangun komunitas yang dapat mempererat hubungan antara anak dan orang tua serta masyarakat

Dulu, meski idenya tak serta-merta diterima oleh masyarakat. Namun ia tak berputus asa. Dengan segenap daya dan upaya, Achmad Irfandi mencoba meminjam sebidang lahan yang kemudian ia ubah menjadi tempat bermain yang menyenangkan bagi anak-anak di kampungnya.

Tak butuh waktu lama sampai KLG menjadi pusat perhatian masyarakat, khususnya anak-anak dan para orang tua.

Karena memang, apa yang ditawarkan di KLG merupakan permainan-permainan yang menyenangkan dan bisa membuat anak-anak yang kecanduan gadget sekalipun akan melupakan gadgetnya.

Dampak KLG bagi Masyarakat

Tidak hanya membawa dampak yang positif bagi anak-anak dan para orang tua. Kehadiran KLG juga memberikan dampak positif bagi masyarakat di sekitarnya.

Kehadiran KLG seolah membuka peluang bagi masyarakat untuk meraup sedikit rejeki. Ada yang menjual mainan tradisional, ada yang membuka warung makan dan minuman, ada yang menjual jasa, dan masih banyak ide-ide kreatif masyarakat yang tercetus setelah kehadiran KLG.

Kini, setiap pekan KLG selalu ramai dikunjungi oleh anak-anak yang ingin bermain. Tak hanya anak-anak yang berasal dari Desa Pagerngumbuk, Kecamatan, Wonoayu, Kecamatan Sidoarjo, yang memang menjadi lokasi KLG, tapi juga anak-anak dari luar daerah semakin banyak yang berminat untuk memeriahkan akhir pekan di sana.

Penghargaan SATU Indonesia Awards untuk Achmad Irfandi dari Astra

Meskipun sejak awal Achmad Irfandi sudah bermimpi untuk menjadikan KLG sebagai penawar bagi anak-anak yang kecanduan gadget, namun ia tak pernah membayangkan jika KLG akan memberikan dampak yang begitu besar bagi anak-anak, para orang tua, dan bagi masyarakat di sekitarnya.

Ketika Kampung Lali Gadget berusia genap 3 tahun dan program-programnya semakin bertambah, pendirinya, Achmad Irfandi pun mendapatkan ganjaran yang setimpal.

Oleh PT Astra International Tbk, ia dianugerahi penghargaan SATU Indonesia Awards pada tahun 2021, yang dibarengi dengan bantuan di bidang pendidikan senilai 60 juta rupiah.

Bantuan tersebut langsung dimanfaatkan untuk meningkatkan manfaat KLG bagi generasi muda agar mereka bisa lepas dari kecanduan gadget dan bisa mengenal berbagai mainan tradisional serta budaya-budaya khas Indonesia.

Penutup

Achmad Irfandi telah membuktikan bahwa, dengan kreativitas dan semangat yang tinggi, kita bisa mengatasi berbagai masalah sosial yang kompleks sekalipun.

Kampung Lali Gadget adalah bukti nyata bahwa permainan tradisional bukan sekadar nostalgia, tetapi juga solusi nyata untuk masalah kecanduan gadget anak-anak zaman now yang semakin memprihatinkan.

Yuk, jadikan kisah Achmad Irfandi membangun Kampung Lali Gadget ini sebagai inspirasi dan mulai ciptakan perubahan di sekitarmu. Lalu, daftarkan dirimu untuk menjadi calon pemenang SATU Indonesia Award selanjutnya!

Joni Pranata
Joni Pranata Seorang Sarjana Sistem Informasi di STMIK Amikom Jogjakarta. Content Writer, Youtuber, Animator, dan Blogger--sejak 2009

Posting Komentar untuk "Trik Jitu Achmad Irfandi Menjauhkan Anak-anak dari Gadget"