Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mengenal “Lobstech,” Kreasi Hendra yang Bisa Tingkatkan Produksi Budidaya Lobster Hingga 80%

Jujur, aku belum pernah makan lobster. Melihatnya langsung dengan mata kepala saja belum pernah. Lobster emang selangka itu bestie...

Aku yakin, selain diriku, pasti banyak diantara kalian yang juga belum pernah melihatnya langsung. Atau, kalaupun pernah melihatnya kalian belum tentu pernah makan, ya kan?

Wajar sih, karena hewan air yang satu ini harganya sangat mahal bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Coba tebak, menurut kalian, kira-kira berapa harga 1 kg lobster?

Untuk jenis lobster mutiara per kilogramnya bisa mencapai Rp450.000. Sedangkan untuk lobster pasir harganya sedikit lebih murah, tapi tetap saja harga per kilo-nya masih di atas 400 ribu.

BTW, itu baru lobster budidaya lho ya... Untuk jenis lobster yang langka seperti lobster biru atau lobster kuning, harganya bisa menyentuh angka jutaan rupiah.

Penyebab Harga Lobster Mahal

Mahalnya harga lobster ini dipengaruhi oleh banyak faktor. Seperti misalnya, 

Lobster termasuk hewan langka. Jenis lobster yang tergolong langka diantaranya adalah lobster mutiara. Akan tetapi, jenis lobster ini masih banyak dibudidayakan. Lobster lain yang juga tergolong langka adalah lobster albino; lobster biru dengan peluang kemunculan 1:2000000; kemudian ada juga lobster kuning yang perkiraan kemunculannya 1:30000000.

Faktor kedua yang bikin harga lobster mahal adalah karena pertumbuhannya yang lambat. Hal ini menyebabkan biaya budidaya jadi sangat mahal. Waktu panen juga lumayan lama. Umumnya antara 1 hingga 2 tahun.

Hal lain yang membuat harga lobster sangat mahal adalah karena citra lobster itu sendiri. Bukan rahasia apabila di era modern ini lobster memiliki citra sebagai makanan mewah. Meskipun, dulu. Dulu lho ya. Lobster adalah makanan wajib bagi budak dan tahanan di abad ke-19.

Indonesia sendiri dikenal sebagai salah satu penghasil bibit lobster. Beberapa daerah yang disebut-sebut sebagai penghasil lobster terbesar di Indonesia, diantaranya adalah: Maluku, bengkulu, Kalimantan Selatan, Banten, dan Jawa Timur.

Sulitnya membudidayakan lobster ini membuat seorang pemuda kelahiran Bondowoso bernama Hendra berinisiatif untuk mengembangkan teknologi yang bisa membantu budidaya lobster.

‌Kisah Inspiratif Hendra Menciptakan Lobstech

Ketika masih kuliah, Hendra memilih untuk menyelesaikan tugas KKN (Kuliah Kerja Nyata) di Kabupaten Situbondo yang dikenal sebagai salah satu pusat budidaya ikan kerapu di Jawa Timur.

Selama KKN di Situbondo, Hendra menyaksikan sendiri bagaimana para nelayan banyak yang kehilangan pekerjaan karena harga ikan kerapu yang anjlok.

Para nelayan yang tadinya membudidayakan ikan kerapu di keramba, kemudian banyak yang mencoba berburu bayi lobster karena dianggap lebih menjanjikan.

Sayangnya, perburuan bayi lobster untuk komoditi ekspor ini mengancam keberlanjutan ekosistem di laut. Apalagi, lobster disebut-sebut sebagai salah satu plasma nutfah yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan ekosistem di perairan Indonesia.

Seperti yang kita tahu, plasma nutfah memainkan peranan yang sangat penting dalam konservasi keanekaragaman hayati, karena memiliki kandungan informasi genetik yang berharga untuk adaptasi maupun reproduksi serta perbaikan spesies.

Singkatnya, hewan maupun tumbuhan yang digolongkan sebagai plasma nutfah seringkali digunakan sebagai bahan penelitian untuk meningkatkan ketahanan terhadap penyakit , produktivitas, dan juga adaptasi terhadap perubahan lingkungan.

Kondisi nelayan yang sangat memprihatinkan ini membuat Hendra bercita-cita untuk mencari solusi bagi para nelayan.

Inspirasi yang ia cari-cari itupun akhirnya datang setelah berkunjung ke Vietnam. Di sana, ia melihat sendiri bagaimana budidaya lobster menjadi salah satu penghasil devisa terbesar bagi negara tersebut.

Namun bukan itu yang membuatnya bersemangat untuk membantu para nelayan di Indonesia, melainkan fakta bahwa lobster yang dibudidayakan di Vietnam itu, yang menjadi devisa terbesar negara itu, ternyata nyaris 95% bibitnya berasal dari Indonesia.

Karena itulah, setelah kembali dari Vietnam ia mencoba mengembangkan sebuah teknologi yang belakangan dikenal dengan sebutan “Lobstech.”

Lobstech ini adalah sejenis teknologi yang membantu memudahkan nelayan dalam proses menetaskan telur-telur lobster, sekaligus memudahkan dan meningkatkan produktivitas budidaya lobster dengan bantuan Internet of Things (IoT).

Teknologi ini sendiri dikembangkan oleh Hendra bersama dua orang rekannya yang ahli di bidang elektronik dan manajemen.

Dengan memanfaatkan Lobstech, para nelayan bisa memantau langsung budidaya lobster melalui website atau hp.

Kelebihan utama Lobstech terletak pada kemampuannya dalam mengumpulkan dan menganalisa data sehingga budidaya lobster jadi lebih efisien.

Berbagai kelebihan teknologi Lobstech ini diantaranya adalah:

  • Bisa meningkat produksi hingga 80% dibandingkan dengan cara tradisional
  • Dapat membantu menghemat biaya hingga 70%, dan
  • Mempersingkat waktu panen lobster yang tadinya 8 bulan menjadi 6 atau bahkan 5 bulan

Cara kerja teknologi ini adalah dengan mengontrol kualitas air secara otomatis. Mulai dari, mengontrol suhu atau temperatur, pH, oksigen, salinitas, sistem aerator, serta sistem pompa air.

Selain bisa membantu mengontrol kualitas air secara real time, teknologinya ini juga bisa membantu mengontrol debit air dan hal-hal lain yang terkait dengan kolam budidaya maupun kapasitas air pada keramba.

Tak hanya menyediakan teknologi Lobstech yang bisa membantu para nelayan untuk mengontrol kualitas air secara otomatis serta membudidayakan lobster secara terpadu, sistem Lobstech juga menawarkan bantuan jaringan pemasaran.

Dengan begitu, para nelayan yang membudidayakan lobster tak perlu lagi bingung bagaimana cara memasarkan hasil budidaya lobster mereka.

Saat ini, Hendra bersama timnya telah membentuk sebuah Persekutuan Komanditer (CV) yang ia beri nama “Lobstech Resources Megatama.”

Perusahaan ini bergerak di bidang teknologi akuakultur yang melibatkan penetasan dan pembesaran lobster serta pemasaran hasil budidaya lobster atau hasil perikanan.

Di samping itu, mereka juga menyediakan jasa konsultasi budidaya lobster modern dan jasa pembuatan sistem informasi untuk memudahkan dalam pengambilan keputusan akuakultur.

Nelayan Sempat Menolak Lobstech

Ada cerita menarik ketika Hendra menawarkan teknologi Lobstech kepada para nelayan untuk kali pertama.

Meskipun ia (Hendra) menganggap Lobstech memiliki potensi yang cukup menjanjikan, namun ternyata teknologi ini tidak serta-merta diterima oleh para nelayan.

Ada banyak alasan mengapa banyak nelayan yang menolak teknologi Lobstech. Alasan pertama, karena teknologi ini masih tergolong baru bagi para nelayan yang awam, sehingga mereka masih menyangsikan manfaatnya.

Alasan kedua karena biaya pengadaan teknologi Lobstech cukup besar. Karena selain harus menyediakan biaya untuk membeli sensor, para nelayan juga harus memiliki laptop yang terhubung ke internet.

Untuk mengatasi kendala ini, Hendra berinisiatif menawarkan kerjasama yang tidak merugikan para nelayan. Caranya adalah dengan menawarkan sistem pinjam benih lobster bagi nelayan yang mau menggunakan teknologi Lobstech.

Jadi, setiap nelayan yang mau menggunakan teknologi Lobstech akan diberi pinjaman bibit lobster. Misalnya begini, jika ada nelayan meminjam benih lobster sebesar 10 kg kepada Hendra, maka mereka juga berkewajiban untuk mengembalikan lobster dengan berat yang kurang lebih sama pada saat panen nanti.

Kerjasama tersebut ternyata mampu menarik minat para nelayan untuk menggunakan teknologi Lobstech yang pada akhirnya mereka buktikan sendiri mampu meningkatkan produksi lobster hingga 80%, bisa membantu memangkas biaya budidaya lobster, serta membantu dalam hal pemasaran.

Menurut pengakuan salah satu mitra Lobstech, ia bisa mendapat keuntungan hingga 5 juta per keramba setelah menggunakan teknologi Lobstech untuk berbudidaya lobster.

Kini, teknologi ini sudah digunakan oleh ratusan mitra Lobstech di berbagai daerah seperti, Situbondo, Jember, Pacitan, dan Lombok.

Inovasi Teknologi Akuakultur Lobstech Bawa Hendra Raih Apresiasi SATU Indonesia Awards 2021

Atas kontribusinya dalam memperkenalkan teknologi yang mampu meningkatkan efisiensi dan keuntungan budidaya lobster, Hendra dianugerahi apresiasi SATU Indonesia Awards (SIA 2021) di bidang teknologi.

Penghargaan ini adalah bentuk pengakuan/apresiasi dari Astra International atas perannya dalam menciptakan solusi inovatif yang tidak hanya menguntungkan nelayan, tetapi juga mendukung keberlanjutan sektor perikanan di Indonesia.

Melalui Lobstech, Hendra membuktikan bahwa teknologi modern dapat menjadi alat penting untuk mendorong kemajuan ekonomi dan kesejahteraan nelayan di Indonesia.

Oh ya, bagi kalian yang belum pernah mendengar “SATU Indonesia Awards,” ini adalah ajang penghargaan yang diselenggarakan oleh PT Astra International Tbk untuk mengapresiasi individu atau kelompok yang berkontribusi positif bagi masyarakat dan lingkungan di Indonesia.

Penghargaan ini mencakup 5 bidang yakni, pendidikan, lingkungan, kewirausahaan, kesehatan, dan teknologi.

Tujuan Astra mengadakan program bernama Semangat Astra Terpadu Untuk Indonesia Awards ini adalah untuk menginspirasi lebih banyak orang agar mereka tergugah untuk melakukan perubahan dan inovasi demi kemajuan bangsa.

Kalau kalian merasa memiliki kontribusi yang mendukung terciptanya kehidupan berkelanjutan di 5 bidang yang tadi sudah aku sebutin, kalian bisa mendaftarkan diri sebagai calon penerima SATU Indonesia awards di https://satuindonesiaawards.astra.co.id/.

Pendaftaran untuk calon penerima SATU Indonesia Awards dibuka setiap tahun. Untuk syarat-syarat dan periode pendaftarannya bisa kalian lihat dengan mengunjungi laman ini https://satuindonesiaawards.astra.co.id/syarat-dan-ketentuan.

Penutup

Inovasi Lobstech yang dikembangkan Hendra telah membawa perubahan besar dalam sektor akuakultur lobster di Indonesia. Teknologi ini memungkinkan nelayan untuk memantau kolam lobster secara real-time melalui situs web atau ponsel pintar (hp), memudahkan nelayan dalam mengawasi kondisi lingkungan seperti suhu, kadar oksigen, dan kebutuhan pakan.

Dengan fitur pengumpulan dan analisis data yang canggih, Lobstech telah terbukti membantu meningkatkan produksi lobster hingga 80% dibandingkan metode tradisional, serta mengurangi biaya produksi lebih dari 70%.

Waktu panen yang semula memakan waktu 8 bulan pun dapat dipersingkat menjadi hanya 6 bulan atau bahkan kurang (5 bulan), sehingga peternak dapat menikmati hasil usaha mereka lebih cepat.

Jika Anda tertarik untuk membudidayakan lobster dengan teknologi Lobstech. Atau, jika anda tertarik untuk bergabung menjadi mitra Lobstech, anda bisa langsung mengunjungi website mereka di www.lobstech.co.id. Kantor Pusat Lobstech berada di Jl. MT Haryono No. 169, Ketawanggede, Lowokwaru, Malang, Jawa Timur.

Terakhir, jangan lupa tekan tombol share untuk menyebarkan info tentang teknologi Lobstech ini agar semakin banyak masyarakat Indonesia yang mengetahuinya dan tertarik membudidayakan lobster, supaya bibit-bibit lobster tidak lagi diekspor ke luar negeri.

Joni Pranata
Joni Pranata Seorang Sarjana Sistem Informasi di STMIK Amikom Jogjakarta. Content Writer, Youtuber, Animator, dan Blogger--sejak 2009

Posting Komentar untuk "Mengenal “Lobstech,” Kreasi Hendra yang Bisa Tingkatkan Produksi Budidaya Lobster Hingga 80%"